Monday, November 24, 2014

History of Wheelchair Basketball

Birth of the Sport

The sport of wheelchair basketball emerged out of the Second World War (1939-1945). As a result of this global conflict, society was confronted with an unusual number of people with physical disabilities. Following the war, many veterans with disabilities were placed in hospitals for rehabilitation and many still possessed a desire to participate in sports.
The philosophy of the day was adaptation of particular sports as viewed through the eyes of rehabilitation staff. Basketball was perceived to be one of the most adaptable team sports, and was played in various parts of the world in the early 1940's.
The first documented game of wheelchair basketball was played on November 25, 1946 by a group of veterans in the United States.

Sir Ludwig Guttmann

Sir Ludwig Guttmann is known as the founder of the Paralympic Movement. He was given the task of starting a spinal cord injuries centre at Stoke Mandeville Hospital in Aylesbury, England. The British government funded the operation in 1944 with the view of having the second front assist individuals to cope with their disability, regain dignity and independence that may have been lost, and become happy, healthy and respected members of the community.
Guttmann organized the first Stoke Mandeville Wheelchair Games in 1948, a competition that featured organized wheelchair sports, including wheelchair netball – a distant cousin of wheelchair basketball. For his efforts, Guttmann was recognized as an early pioneer.
Four years later, in 1952, competitors from the Netherlands joined the Stoke Mandeville Wheelchair Games and an international movement was born. The annual event would become known as the International Stoke Mandeville Games, a predecessor to the modern-day Paralympic Games.

Tuesday, November 18, 2014

Kegiatan Konsolisidasi yang diadakan YDMI di Trawas.



     YDMI adalah Yayasan Difabel Mandiri Indonesia yang berkedudukan di Tangerang pada tanggal 15-16 November 2014 kemarin mengadakan acara di Trawas Mojokerto dengan Tema MENEMBUS BATAS KETERBATASAN DALAM KEMANDIRIAN DAN KEBERSAMAAN dengan peserta yang hadir sejumlah 60 Orang yang berasal dari Jepara, Ponoroho, Nganjuk, Jember, Tuban, Malang, Palembang, Bandung, Gresik, Mojokerto, Bekasi, Tangerang, dan Bali. 

    Mereka hadir dengan kesadaran kemandirian. Mereka menuju ke lokasi Trawas bener bener mandiri, dengan biaya sendiri dan memikirkan transportasi sendiri. Suatu acara yang dapat menunjukkan bahwa mereka mandiri.  Mereka bersatu dalam kebersamaan, makan bersama dan melakukan kegiatan bersama.

     Anggota tersebut bukan hanya dari satu jenis kecacatan saja tetapi dari berbagai kecacatan seperti tuna rungu, tuna netra, CP, tuna daksa dan paraplegi. Dengan berbagai kedifabelan ini mereka menunjukkan semangat kebersamaan, karena apa yang menjadi kesulitan teman mereka akan membantu, misal : paraplegi yang kesulitan menaiki tangga maka tuna netra yang membantu menaikan kursi roda nya dan sebaliknya tuna daksa yang menuntun tuna netra. Suasana yang penuh keakraban dapat dirasakan di acara ini.

     Mereka sepakat untuk menunjukan bahwa stigma yang ada di masyarakat adalah salah. Mereka dapat mandiri dan mereka sudah menunjukkan hal tersebut. Mereka sebagian besar memiliki usaha secara mandiri. Dalam acara tersebut ada acara pembongkaran mental block, suatu acara yang membongkar block dalam diri mereka, yang mungkin mengikat dalam mereka karena keluarga, diri mereka atau dari lingkungan mereka. Dengan adanya acara ini, mereka lebih yakin melakukan segala sesuatu dengan yakin YES I CAN.

Didalam acara tersebut ada penandatangan kerjasama antara YDMI dengan PUSPADI Bali dibawah Pak Latra Negah ( Direktur ). 

 
Acara pembukaan dengan kata sambutan dari ketua YDMI Pusat yang dilakukan oleh Pak Subandi Bonmat.



Acara berkumpul di taman bagi mereka untuk memberikan kesan kesan mereka untuk YDMI dapat wujudkan.


 Foto bersama saat hari terakhir, mereka akan pulang ke kediaman masing – masing , saat ini terasa suasana yang mengharukan , saling tangis seakan mereka tidak ingin berpisah satu dengan yang lain. Padahal hanya 1 malam di Trawas, sudah terasa lama mereka saling berjumpa.


Sedikit saya berikan gambaran mengenai YDMI ini,
Yayasan Difabel Mandiri Indonesia ada atas sadar kami, para penyandang Difabel untuk berbagi dan berkarya dalam kemandirian.

Visi :
Yayasan Difabel Mandiri Indonesia adalah Mewujudkan Kesejahteraan Hidup Penyandang Disabilitas Dalam Inklusifitas Masyarakat Indonesia

Misi :
1. Melayani seluruh penderita disabilitas tanpa memandang suku, ras, agama, antargolongan dan    
    fisik.
2. Memberikan informasi yang spesifik melalui teknologi & motivasi agar bermanfaat bagi seluruh
    penyandang disabilitas
3. Mendobrak budaya yang ada di Indonesia agar menghargai penyandang disabilitas sebagai
    manusia yang setara.
4. Mendukung Kemandirian para penyandang disabilitas dari segala segi dengan informasi &
     teknologi.

Website : ydmi.intelove.com
Email : ydmi@intelove.com
Alamat Sekretariat : Jl. KH. Agus Salim Gg. Masjid I No. 37 RT. 002 / 006 Poris Plawad Kota Tangerang 15141 Telp. : 021 5573 1875